September 20, 2024

Search
Close this search box.

We are creating some awesome events for you. Kindly bear with us.

Eksklusif! Integrasi AI: Menakar Masa Depan dengan Kesiapan Transformasi Digital

Getting your Trinity Audio player ready...

Dalam era kemajuan teknologi yang semakin cepat, kecerdasan buatan (AI) terus berevolusi menjadi semakin optimal terutama di lingkungan tempat bekerja. Dalam konteks ini, baik organisasi maupun perusahaan memainkan peran penting dalam mendukung keberlanjutan bisnis melalui pengintegrasian teknologi AI. Peran teknologi ini tidak hanya membuat kinerja organisasi semakin baik, namun juga dapat memberikan kesempatan organisasi untuk tetap kompetitif dan relevan dalam persaingan di industrinya.

Sejatinya, ada berbagai bentuk transformasi yang dilakukan oleh AI, di antaranya seperti memberikan pembekalan karyawan dengan keterampilan baru, mendorong budaya inovasi di tempat kerja, dan mengoptimalkan peran pekerjaan. Selain itu, AI bukan hanya dinilai sebagai alat dalam membantu mempercepat penyelesaian pekerjaan, akan tetapi juga berperan sebagai alat otomatis yang dapat membantu dalam pengoptimalisasi proses bisnis, pengambilan keputusan, dan pengoptimalisasian pengalaman pelanggan.

Automasi yang diperkuat oleh AI memiliki kemampuan untuk meningkatkan efisiensi dalam menangani tugas-tugas yang repetitif dan monoton. Dengan beban pekerjaan yang lebih ringan, karyawan dapat mengalihkan upaya mereka ke pekerjaan yang lebih strategis, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Hal ini memungkinkan para karyawan untuk lebih fokus terhadap inovasi, penyelesaian masalah kompleks, dan penciptaan nilai berjangka panjang.

Lebih jauh, dalam lanskap lingkungan kerja, AI semakin memiliki peran sentral, terutama dalam mengamankan keamanan siber. AI menjadi tiang penopang yang krusial dalam membantu organisasi melindungi dan menjaga keamanan data serta jaringan yang sangat sensitif dari ancaman siber yang terus berkembang dan semakin kompleks.

AI memainkan peran penting dalam mendeteksi ancaman, melacak pola serangan yang terus berkembang, dan memberikan respons yang cepat dan tepat guna mengatasi ancaman-ancaman tersebut. Dengan demikian, AI bukan hanya menjadi alat pendukung, namun menjadi elemen vital dalam strategi pertahanan keamanan siber bagi berbagai organisasi.

Organisasi harus menangani kekhawatiran seputar privasi data, aspek etika, dan potensi pengurangan pekerjaan yang mungkin muncul dari perluasan penggunaan teknologi AI. Mereka juga perlu secara proaktif berinvestasi dalam pengembangan keterampilan untuk mempersiapkan tenaga kerja menghadapi masa depan yang semakin dipengaruhi oleh perkembangan AI. Dengan langkah-langkah tersebut, organisasi bisa meraih manfaat optimal dari AI sambil meminimalkan risiko-risiko terkait.

OpenGov Academy telah diselenggarakan pada tanggal 25 Oktober 2023 di Voco Orchard Singapura, berdiskusi untuk berbagi pengetahuan para pemangku kebijakan di Perusahaan Coca-Cola tentang pentingnya integrasi AI dalam membentuk kesiapan tempat kerja masa depan.

Acara ini menghadirkan sejumlah pembicara dan pakar terkemuka yang berbagi pengetahuan, wawasan, dan pengalaman mereka tentang dampak penggunaan kecerdasan buatan (AI) di lingkungan kerja. OpenGov Academy didedikasikan untuk memberikan wawasan praktis yang berharga, mengeksplorasi tantangan seputar penggunaan AI, dan memberikan contoh kasus nyata yang menunjukkan bagaimana organisasi bisa efektif memanfaatkan AI untuk mengubah dan meningkatkan operasional mereka.

Dalam rangka menciptakan tempat kerja yang siap menghadapi masa depan yang semakin dipengaruhi oleh teknologi AI, pelatihan ini memberikan panduan yang berharga serta inspirasi bagi para peserta yang ingin menjalani transformasi yang diperlukan dalam organisasi mereka. Dengan demikian, acara ini menjadi wadah yang sangat penting untuk berbagi pengetahuan dan merangsang pendiskusian yang produktif tentang peran AI dalam dunia kerja saat ini dan masa mendatang.

Welcome Address

Sam Way∶ AI menjadi bagian integral dalam bekerja dan berinteraksi

Sam Way, Vice President Digital Acceleration Office untuk ASEAN & South Pacific di The Coca-Cola Company, menggarisbawahi bahwa AI berdampak cukup signifikan terhadap perubahan budaya lingkungan kerja modern. Ia menyoroti, berkat teknologi AI, lingkungan kerja saat ini menghadapi kecepatan transformasi digital yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal ini berdampak pada berbagai aspek baik secara struktural maupun non-struktural.

Tak hanya itu, Sam menambahkan bahwa The Coca-Cola Company, yang memiliki sejarah panjang selama lebih dari satu abad, telah menunjukkan kesiapan yang luar biasa dalam merangkul inovasi dan adaptasi terhadap perubahan yang sangat cepat. Dalam menghadapi perubahan lanskap bisnis yang semakin dinamis, The Coca-Cola Company telah menjadi contoh perusahaan yang dapat mengintegrasikan tradisi dan teknologi berjalan seiringan.

Sam juga menekankan bahwa dalam menjalankan bisnisnya, The Coca-Cola Company telah mengalami pengaruh yang signifikan dari AI di berbagai aspek operasional, mulai dari optimalisasi supply chain hingga pengembangan strategi pemasaran yang dipersonalisasi. Pemanfaatan teknologi AI telah memungkinkan perusahaan ini untuk berkomitmen dalam memberikan produk dan layanan yang semakin berkualitas kepada konsumennya.

Sam menegaskan bahwa AI tidak selayaknya dipandang sebagai sebuah ancaman untuk menggantikan pekerjaan manusia, melainkan teknologi ini justru dapat dimanfaatkan sebagai percepatan dan pengoptimalisasian kinerja. Meskipun teknologi AI unggul dalam kerja-kerja repetitif, pengolahan data, dan pemberian wawasan untuk menciptakan strategi baru, naum, unsur kreativitas, intuisi, empati dan hal-hal yang bersifat kemanusiaan, tidak dapat digantikan sama sekali oleh teknologi ini. Hal ini menandakan bahwa sejatinya, AI dan manusia adalah komplimentari yang saling mendukung untuk organisasi secara berkelanjutan.

Sam menyoroti kebutuhan mendesak akan kerangka etika yang kokoh dalam pemanfaatan AI yang semakin meluas. Ini menegaskan komitmen perusahaan untuk menggunakan teknologi AI secara bertanggung jawab, memastikan dampaknya terhadap produk, keputusan organisasi, dan kebijakan pemerintah selalu sesuai dengan nilai-nilai yang adil, transparan, dan akuntabel dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, Sam juga sadar akan prevalensi penggunaan AI yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip etika yang tepat saat ini. Dalam era di mana teknologi AI mengumpulkan dan menganalisis data dalam jumlah besar, risiko pelanggaran privasi individu semakin meningkat. Salah satu aspek utama yang ditekankan oleh Sam dalam pemanfaatan AI yang etis adalah pentingnya menghormati privasi individu.

Ketika membahas aspek penting ini, sangatlah vital bahwa pengumpulan dan penggunaan data dilakukan dengan sangat hati-hati, serta memperhatikan hak-hak individu. Memastikan bahwa data dianonimkan dan digunakan hanya untuk tujuan yang sah dan tidak invasif menjadi salah satu fondasi kunci dalam mewujudkan etika dalam penggunaan AI.

Di samping isu privasi, permasalahan bias dalam algoritma AI juga menjadi sorotan utama. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa sistem AI yang didukung oleh algoritma pembelajaran mesin dapat secara tidak sengaja mempertahankan bias yang ada dalam data yang digunakan sebagai bahan pelatihan. Bias-bias ini, jika tidak diatasi, dapat mengakibatkan hasil yang tidak adil atau bahkan diskriminatif.

Untuk mengatasi tantangan ini, organisasi dan pengembang teknologi AI harus bekerjasama dalam mengidentifikasi serta mengurangi bias yang mungkin ada dalam sistem AI. Integrasi AI yang bertanggung jawab mencakup pemeliharaan standar etis sepanjang siklus hidup sistem AI. Ini melibatkan pengujian dan validasi yang ketat untuk memastikan sistem AI beroperasi dengan aman dan dapat diandalkan. Hal ini juga melibatkan pengawasan dan tata kelola yang kuat untuk mencegah penyalahgunaan teknologi AI.

“Penggunaan AI yang etis dan bertanggung jawab bukanlah pertimbangan sekunder, melainkan bagian integral dari perjalanan transformatif AI,” pungkas Sam. “Kita berbicara tentang penggunaan teknologi AI dengan pendekatan yang berdasarkan prinsip agar sejalan dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial kita.”

Salam Pembuka

Mohit Sagar∶  Masa depan pekerjaan adalah kolaborasi antara manusia dan mesin

Mohit Sagar, CEO sekaligus Kepala Redaktur di OpenGov Asia, menekankan pentingnya kekuatan transformatif AI untuk dilakukan dalam sebuah organisasi agar mengefisiensikan pekerjaan. Transformasi AI tidak lagi terbatas pada otomatisasi dan efisiensi. Baginya, AI mampu memperluas jangkauannya dalam meningkatkan pengambilan keputusan, mengoptimalkan pengalaman pelanggan, dan mengatasi tantangan kompleks di berbagai industri.

“Potensi transformatif AI tidak terbatas, sebab AI menawarkan horizon baru bagi kemajuan dan inovasi ke depan,” ucap Mohit.

Menurut Mohit, kecerdasan buatan (AI) tak dimaksudkan untuk menggantikan peran manusia di tempat kerja. Sebaliknya, AI hadir untuk menjadi mitra yang membantu mengoptimalkan pekerjaan. Dengan otomatisasi tugas-tugas repetitif, AI memberi kesempatan kepada individu untuk fokus pada aspek kreativitas dan pemikiran strategis dalam pekerjaan mereka.

Lebih jauh, Mohit dengan tegas menekankan bahwa AI bukan hanya sebagai alat, tetapi AI juga merupakan sebuah katalisator inovasi dan perubahan yang luar biasa. Integrasi AI ke dalam tempat kerja bukan hanya proses statis, melainkan proses yang transformatif. Menurut Mohit, “Dalam transformasi ini, etika memainkan peran penting yang harus segera diperhatikan dan diakui.”

Mohit menyoroti bahwa dampak AI di tempat kerja melebihi hanya efisiensi dan produktivitas. Dia menyoroti pertanyaan etis yang muncul sehubungan dengan penggunaan AI. Isu krusial seperti privasi data dan bias dalam algoritma perlu dipertimbangkan.

“Saat membahas privasi data, ada risiko besar terhadap hak privasi individu ketika sistem AI memproses volume data yang besar,” jelasnya. Dalam zaman di mana data dianggap sebagai aset berharga, Mohit menekankan perlunya kebijakan teknologi yang melindungi dan menggunakan data dengan hati-hati, memperhatikan hak-hak individu.

Dalam menghadapi era kemajuan teknologi, perlindungan data yang kuat, kebijakan persetujuan yang cermat, dan pengaturan yang memuliakan privasi informasi menjadi bagian tak terpisahkan. Seiring perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI), pemeliharaan keamanan dan kebijakan privasi merupakan landasan krusial untuk menjaga hak-hak individu dan memastikan integritas dalam pemanfaatan teknologi mutakhir ini. Keberlanjutan pendekatan ini menjadi bagian esensial bagi keberlangsungan penggunaan AI dengan tetap menghormati hak privasi individu serta prinsip-prinsip etis yang mendukung peningkatan kualitas hidup.

Get Inspired

Klaus Felsche∶ Tantangan terbesar adalah bagaimana manusia dapat beradaptasi cepat dengan perubahan

Dalam diskusi panel siang itu, Klaus Felsche, Senior Advisor di OpenGov Asia dan ex-Direktur Inovasi Analitik di Departemen Imigrasi dan Perlindungan Perbatasan Australia, memberikan pemahaman tentang tantangan global yang dihadapi lingkungan kerja. Baik organisasi maupun perusahaan, semuanya berupaya mengintegrasikan AI dengan budaya kerja yang telah ada. Menurutnya, tantangan yang dihadapi beragam dan seringkali serupa di berbagai negara.

Dia menyoroti bahwa pengadaan teknologi AI bukanlah satu-satunya aspek dalam menciptakan tempat kerja yang siap menghadapi masa depan. Klaus menekankan pentingnya budaya organisasi, keterampilan tenaga kerja, dan pertimbangan etis sebagai dasar dalam integrasi AI.

Menurutnya, organisasi harus mendorong kebiasaan inovasi di mana eksperimen, pembelajaran, dan adaptasi didorong. Klaus menambahkan bahwa integrasi AI membutuhkan tenaga kerja yang tidak hanya mahir menggunakan AI, tetapi juga memiliki keterampilan kolaborasi dengan AI. Karyawan perlu diberdayakan untuk mengeksplorasi kapabilitas AI dan menemukan bidang di mana AI dapat memberikan nilai tambah. Dalam pandangannya, AI bukanlah ancaman bagi pekerja, melainkan sekutu untuk mengoptimalkan pekerjaan. Dengan otomatisasi tugas rutin oleh AI, karyawan dapat fokus pada kegiatan yang lebih strategis dan kreatif.

Namun, untuk mendukung transisi ini, organisasi harus menginvestasikan dalam program peningkatan keterampilan. Mereka perlu memastikan tim mereka memiliki keahlian dalam analisis data, pembelajaran mesin, dan etika AI.

Selain itu, Klaus menekankan bahwa desain dan implementasi sistem AI harus didasarkan pada prinsip transparansi, keadilan, dan akuntabilitas. Ini tidak hanya soal etika, melainkan juga langkah esensial untuk menjaga integritas dan kepercayaan dalam penggunaan teknologi AI. Organisasi harus berkomitmen pada pengembangan panduan yang jelas dan komprehensif tentang penggunaan AI, dengan fokus khusus pada privasi dan pengurangan bias.

Stakeholder, termasuk karyawan, pelanggan, dan masyarakat secara umum, juga perlu diberikan pendidikan tentang etika penggunaan AI. Ini penting untuk meningkatkan pemahaman tentang implikasi etis dari teknologi AI dan memastikan kesadaran yang mendalam dalam penggunaannya. Selanjutnya, organisasi harus menetapkan mekanisme evaluasi berkelanjutan terhadap sistem AI yang mereka terapkan. Ini berarti melakukan pemantauan secara berkala terhadap performa sistem AI, memeriksa adanya bias yang mungkin muncul, dan mengambil tindakan korektif jika ditemukan pelanggaran etika atau bias yang tidak diinginkan. Hal ini tidak hanya mendukung penggunaan teknologi AI yang lebih bertanggung jawab, tetapi juga memberikan jaminan bahwa AI terus digunakan dengan integritas dan transparansi seiring berjalannya waktu.

Klaus menambahkan bahwa tempat kerja yang siap menghadapi masa depan akan memiliki praktik tata kelola data yang kuat, termasuk kepatuhan privasi data, pengendalian kualitas data, dan arsitektur data yang baik.  Klaus sangat menyadari bahwa integrasi AI bukanlah sekadar usaha yang sederhana, melainkan sebuah proses yang dinamis dan berkelanjutan. Ini mengharuskan organisasi untuk memiliki kemampuan beradaptasi dengan teknologi yang baru, tren yang terus berubah, dan perubahan prioritas yang terus muncul.

Lebih lanjut, Klaus menegaskan bahwa dalam menavigasi integrasi AI, perlu adanya rencana strategis yang terdefinisi dengan baik. Organisasi harus dengan jelas merinci tujuan-tujuan yang ingin dicapai melalui penggunaan AI, serta dampak yang diharapkan pada berbagai aspek bisnis mereka. Selain itu, perlu ada jadwal waktu yang terinci untuk implementasi rencana ini.

Rencana ini menjadi panduan penting untuk memastikan bahwa integrasi AI tidak hanya berjalan tanpa arah yang jelas, melainkan sesuai dengan tujuan dan visi organisasi. Dengan mengidentifikasi secara terperinci apa yang ingin dicapai melalui penggunaan AI, organisasi dapat memastikan bahwa setiap langkah yang diambil memiliki tujuan yang jelas dan konsisten dengan arah strategis mereka.

Dengan demikian, rencana strategis ini menjadi instrumen penting dalam memastikan bahwa integrasi AI berjalan dengan tujuan, fokus, dan hasil yang diinginkan, sehingga organisasi dapat mengambil langkah-langkah yang terarah dan efektif dalam mewujudkan potensi penuh teknologi AI dalam lingkungan kerja mereka.

Dharshi Harindra∶ Untuk tetap kompetitif, bisnis harus dapat berinovasi menggunakan AI

Dharshi Harindra, Co-Founder and Directordi Roshi Global, menekankan bahwa untuk tetap unggul dalam era digital, bisnis perlu menjelajahi kompleksitas integrasi AI secara strategis guna memastikan bahwa bisnis mereka tidak hanya mengikuti perubahan, tetapi juga aktif membentuk masa depan tempat kerja.

“Integrasi AI yang efektif dimulai dengan pemahaman yang jelas tentang bagaimana AI dapat memajukan tujuan bisnis,” kata Dharshi. “AI seharusnya tidak diimplementasikan semata-mata karena tren, tetapi dengan tujuan tertentu dalam pikiran,” lanjutnya.

Dia menambahkan bahwa tempat kerja yang siap menghadapi masa depan memerlukan tenaga kerja yang dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan untuk memanfaatkan potensi AI. Ini melibatkan investasi dalam program pelatihan, peningkatan keterampilan, dan pelatihan ulang untuk memastikan bahwa karyawan memiliki pemahaman dasar tentang kemampuan AI. Seiring dengan semakin mudahnya akses ke sistem AI dan kemudahan penggunaannya, karyawan di berbagai departemen dapat mendapatkan manfaat dari pemahaman dasar tentang kemampuan AI.

Selain itu, efektivitas AI sangat tergantung pada kualitas dan ketersediaan data. Dharshi menyarankan bahwa organisasi harus memastikan data mereka bersih, terstruktur dengan baik, dan mudah diakses untuk aplikasi AI. Oleh karena itu, penting untuk menerapkan praktik tata kelola data yang mencakup privasi data, keamanan, dan penggunaan data yang etis.

Lebih jauh lagi, Dharshi menyoroti bahwa dalam era di mana AI menjadi semakin mendalam dan kompleks, membangun ekosistem kolaboratif adalah suatu keharusan. Ini mencakup bermitra dengan penyedia layanan AI terkemuka untuk mendapatkan wawasan terkini tentang perkembangan teknologi AI. Selain itu, berinteraksi dengan para ahli industri adalah langkah yang penting untuk memahami tren dan tantangan yang ada di berbagai sektor bisnis.

Namun, kolaborasi tidak terbatas pada satu sektor saja. Dalam dunia yang semakin terhubung, berkolaborasi dengan organisasi lain yang memiliki pengalaman dalam menerapkan AI juga sangat berharga. Ini memungkinkan pertukaran praktik terbaik dan pembelajaran lintas sektor untuk mencapai hasil yang lebih baik dalam mengintegrasikan AI ke dalam tempat kerja.

Dharshi menekankan bahwa kerjasama lintas organisasi dan sektor bukan hanya tentang mendapatkan pandangan yang lebih luas tentang AI, tetapi juga tentang membangun solidaritas dalam menghadapi tantangan etis dan praktis yang muncul seiring dengan perkembangan teknologi. Kolaborasi ini juga membantu dalam memastikan bahwa berbagai perspektif dan keahlian dapat diintegrasikan untuk menciptakan solusi yang lebih holistik dan berkelanjutan.

Dalam visi Dharshi tentang penggunaan AI yang bertanggung jawab, betapapun pentingnya keberhasilan dalam integrasi AI, aspek etis tidak boleh diabaikan. Dia dengan tegas mendorong fokus pada prinsip-prinsip AI yang etis, dan ini mencakup sejumlah komponen penting.

Salah satu prinsip utama adalah transparansi. Dharshi mengingatkan bahwa penggunaan AI haruslah transparan, artinya proses dan keputusan yang melibatkan AI harus dapat dijelaskan dan dimengerti oleh individu terkait. Transparansi memungkinkan masyarakat, pelanggan, dan karyawan untuk memiliki keyakinan bahwa AI digunakan dengan integritas dan tujuan yang jelas.

Selain itu, keadilan juga merupakan prinsip sentral dalam penggunaan AI yang bertanggung jawab. Dharshi menekankan bahwa AI tidak boleh menghasilkan hasil yang diskriminatif atau tidak adil. Hal ini mengharuskan organisasi untuk secara cermat memeriksa algoritma dan data yang digunakan dalam sistem AI, untuk memastikan bahwa tidak ada bias yang terkandung di dalamnya yang dapat memengaruhi keputusan yang dihasilkan.

Selanjutnya, akuntabilitas adalah prinsip yang tidak bisa diabaikan. Organisasi harus bertanggung jawab atas penggunaan AI mereka, termasuk dampak yang dihasilkan. Ini mencakup kewajiban untuk memonitor dan mengevaluasi sistem AI secara teratur, serta mengambil tindakan korektif jika ditemukan masalah etis atau bias yang tidak diinginkan.

Dalam kerangka prinsip-prinsip ini, pemantauan bias yang berkelanjutan adalah hal yang sangat penting. Dharshi menekankan bahwa organisasi harus terus memantau sistem AI mereka untuk memastikan bahwa tidak ada bias yang muncul atau berkembang seiring berjalannya waktu. Dengan memahami dan mengatasi bias ini, organisasi dapat menjaga integritas dan kepercayaan dalam penggunaan AI.

“Langkah-langkah keamanan dan kepatuhan regulasi harus selaras dengan integrasi AI. Evaluasi ROI dan menetapkan metrik keberhasilan menjadi sangat penting untuk mendorong pengambilan keputusan berdasarkan data dan perbaikan berkelanjutan dalam inisiatif AI,” demikian Dharshi menyimpulkan.

David Sharratt∶ Integrasi AI dalam dunia kerja bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan

David Sharratt, selaku Global Head of Data Product Commercialisation di Standard Chartered Bank, menggarisbawahi pentingnya strategi-sestrategi yang melibatkan sektor keuangan dalam merangkul integrasi kecerdasan buatan (AI) guna menciptakan lingkungan kerja yang mampu menghadapi tantangan di masa depan.

Baginya, tahapan awal dalam penerapan AI melibatkan penyelarasan dengan tujuan keseluruhan perusahaan. Penerapan AI bukan hanya mengenai inovasi semata, melainkan juga harus secara langsung mendukung pencapaian tujuan strategis organisasi. Kehadiran AI di dalam lingkungan kerja harus secara keseluruhan terstruktur, mendukung pertumbuhan dan visi jangka panjang perusahaan.

Selain itu, David menambahkan bahwa kualitas dan aksesibilitas data sangat penting untuk kesuksesan inisiatif AI. Organisasi harus memastikan bahwa data mereka bersih, terstruktur, dan siap digunakan untuk aplikasi AI. Oleh karena itu, menerapkan praktik tata kelola data yang ketat yang mencakup privasi data, keamanan, dan penggunaan data yang etis sangat penting. “Hanya dengan dasar data yang kokoh, algoritma AI dapat memberikan wawasan yang berarti dan mendorong pengambilan keputusan yang terinformasi,” lanjutnya.

Untuk mencapai keberhasilan dalam integrasi AI, membangun ekosistem kolaboratif menjadi sangat penting. Ia menyebutkan di antaranya termasuk kemitraan dengan penyedia solusi AI, keterlibatan dengan para ahli industri, dan kerja sama dengan organisasi lain. Membangun ekosistem yang mendukung dapat menawarkan banyak pengetahuan dan sumber daya, memfasilitasi proses integrasi AI yang lebih lancar.

Lebih jauh lagi, David juga menyinggung terkait keetisan penggunaan AI. Baginya, keetisan dalam hal ini tidak bisa ditawar. Pertahankan standar tertinggi dalam privasi data dan praktik AI yang etis memastikan bahwa AI adalah kekuatan yang bermanfaat.

Melihat AI adalah bidang yang berkembang dengan cepat, dengan teknologi, algoritma, dan aplikasi baru yang muncul secara teratur, tempat kerja tentunya akan siap menghadapi masa depan yang adaptif. Hal ini memastikan bahwa organisasi tetap berada di garis depan perkembangan teknologi.

David percaya bahwa AI harus memberikan prioritas pada kemudahan penggunaan dan keterlibatan karyawan dalam mengembangkan solusi. Pendekatan yang berorientasi pada user ini sangat penting untuk memastikan bahwa AI mampu menjadi sebuah komplementer dibandingkan sebagai ancaman.

Salam Penutup

Selama pelatihan di OpenGov Academy, fokus utama adalah mengajak peserta untuk merenung tentang penerapan AI secara etis dan integrasi yang bertanggung jawab. Peserta tidak hanya diberi pemahaman dalam pentingnya menghormati privasi individu, tetapi juga ditekankan tentang pentingnya menjaga etika tinggi dan memastikan transparansi serta keadilan menjadi prioritas, sejalan dengan perkembangan AI yang terus berlangsung.

Mohit menyoroti peran AI dalam mengubah lanskap tempat kerja modern. Dia menjelaskan bahwa AI bukan lagi sekadar alat otomatisasi, melainkan telah berkembang menjadi bagian yang membantu meningkatkan pengambilan keputusan, mengoptimalkan pengalaman pelanggan, dan menangani tantangan kompleks di berbagai industri, semua demi kemajuan inovasi.

Penting bagi Mohit untuk menekankan bahwa masa depan tempat kerja tidak hanya tentang menyesuaikan diri dengan perubahan, tetapi juga aktif membantu membentuk perubahan tersebut. Baginya, AI adalah katalisator yang membawa manusia ke era baru dalam dunia kerja, mempromosikan kolaborasi antara manusia dan mesin serta meningkatkan potensi keduanya.

Dalam perspektif Mohit, peserta pelatihan harus melihat masa depan sebagai ladang yang penuh potensi dan peluang. Bagi Mohit, AI bukan sekadar alat, melainkan mitra setia dalam menciptakan lingkungan kerja yang lebih efisien, inovatif, dan kompetitif.

Mohit berterima kasih kepada The Coca-Cola Company atas kepercayaannya kepada OpenGov Academy. Ia menyoroti peran penting kolaborasi dan dukungan dari perusahaan seperti The Coca-Cola Company dalam mendukung inisiatif yang mendorong perubahan dalam dunia kerja.

Dia juga mendorong peserta untuk terus berupaya untuk mengintegrasikan wawasan, koneksi, dan pengetahuan yang mereka peroleh dari acara tersebut ke lingkungan kerja mereka. Bagi Mohit, pembelajaran dari acara ini harus menjadi dasar untuk meningkatkan inovasi di tempat kerja demi menghadapi masa depan yang dinamis.

Menurut Mohit, OpenGov Academy berkomitmen dalam memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan inovasi terkait transformasi digital dan integrasi AI. Baginya, acara ini bukan hanya sekadar pertemuan dan pendiskusian semata, namun juga merupakan sebuah komitmen untuk menuju pemberdayaan masa depan yang inovatif dan transformatif.

Di akhir acara, Mohit berharap peserta dapat menjadi agen perubahan dalam organisasi masing-masing. Setelah mengikuti acara ini, diharapkan mereka mampu membawa semangat inovasi untuk memberikan dampak yang lebih baik di industri masing-masing, tidak hanya mengikuti perkembangan, tetapi juga membantu mendorong kemajuan masa depan.

PARTNER

Qlik’s vision is a data-literate world, where everyone can use data and analytics to improve decision-making and solve their most challenging problems. A private company, Qlik offers real-time data integration and analytics solutions, powered by Qlik Cloud, to close the gaps between data, insights and action. By transforming data into Active Intelligence, businesses can drive better decisions, improve revenue and profitability, and optimize customer relationships. Qlik serves more than 38,000 active customers in over 100 countries.

PARTNER

As a Titanium Black Partner of Dell Technologies, CTC Global Singapore boasts unparalleled access to resources.

Established in 1972, we bring 52 years of experience to the table, solidifying our position as a leading IT solutions provider in Singapore. With over 300 qualified IT professionals, we are dedicated to delivering integrated solutions that empower your organization in key areas such as Automation & AI, Cyber Security, App Modernization & Data Analytics, Enterprise Cloud Infrastructure, Workplace Modernization and Professional Services.

Renowned for our consulting expertise and delivering expert IT solutions, CTC Global Singapore has become the preferred IT outsourcing partner for businesses across Singapore.

PARTNER

Planview has one mission: to build the future of connected work. Our solutions enable organizations to connect the business from ideas to impact, empowering companies to accelerate the achievement of what matters most. Planview’s full spectrum of Portfolio Management and Work Management solutions creates an organizational focus on the strategic outcomes that matter and empowers teams to deliver their best work, no matter how they work. The comprehensive Planview platform and enterprise success model enables customers to deliver innovative, competitive products, services, and customer experiences. Headquartered in Austin, Texas, with locations around the world, Planview has more than 1,300 employees supporting 4,500 customers and 2.6 million users worldwide. For more information, visit www.planview.com.

SUPPORTING ORGANISATION

SIRIM is a premier industrial research and technology organisation in Malaysia, wholly-owned by the Minister​ of Finance Incorporated. With over forty years of experience and expertise, SIRIM is mandated as the machinery for research and technology development, and the national champion of quality. SIRIM has always played a major role in the development of the country’s private sector. By tapping into our expertise and knowledge base, we focus on developing new technologies and improvements in the manufacturing, technology and services sectors. We nurture Small Medium Enterprises (SME) growth with solutions for technology penetration and upgrading, making it an ideal technology partner for SMEs.

PARTNER

HashiCorp provides infrastructure automation software for multi-cloud environments, enabling enterprises to unlock a common cloud operating model to provision, secure, connect, and run any application on any infrastructure. HashiCorp tools allow organizations to deliver applications faster by helping enterprises transition from manual processes and ITIL practices to self-service automation and DevOps practices. 

PARTNER

IBM is a leading global hybrid cloud and AI, and consulting services provider, helping clients in more than 175 countries capitalize on insights from their data, streamline business processes, reduce costs and gain the competitive edge in their industries. Nearly 3,800 government and corporate entities in critical infrastructure areas such as financial services, telecommunications and healthcare rely on IBM’s hybrid cloud platform and Red Hat OpenShift to affect their digital transformations quickly, efficiently, and securely. IBM’s breakthrough innovations in AI, quantum computing, industry-specific cloud solutions and business services deliver open and flexible options to our clients. All of this is backed by IBM’s legendary commitment to trust, transparency, responsibility, inclusivity, and service. For more information, visit www.ibm.com