Kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan teknologi digital lainnya diyakini dapat membantu memecahkan beberapa masalah penting dunia seperti perubahan iklim, berkurangnya keanekaragaman hayati, kerawanan pangan, dan risiko kesehatan masyarakat. Kemajuan teknologi ini disebut bisa memajukan transformasi yang bisa mengubah permainan global untuk masa depan lingkugan yang lebih berkelanjutan (sustainable) dan adil.
Pasalnya, saat ini konsumen memiliki preferensi untuk memilih bisnis yang lebih memerhatikan lingkungan. Mereka ingin bisnis tidak sekedar memberikan produk dan layanan yang bagus, tetapi juga memiliki tanggung jawab terhadap keberlangsungan masa depan planet ini. Para konsumen punya tuntutan baru untuk berinvestasi di perusahaan yang memiliki reputasi baik dan bertanggung jawab. Sehingga, sebagian besar bisnis yang mendominasi pasar perlu lebih dari sekedar memberikan produk yang bagus, tetapi juga berkontribusi secara sosial, lingkungan, dan peduli pada keberkelanjutan.
Sejumlah kelompok konsumen tertentu gencar menerbitkan laporan bahwa tentang meningkatnya minat pada perusahaan yang lebih ramah lingkungan. Sehingga, tak ayal jika lebih dari 90% pebisnis setuju bahwa kepedulian pada keberlanjutan sangat penting untuk kesuksesan mereka.
Maka, untuk terus menumbuhkan bisnis perusahaan, perhatian pada lingkungan dan keberlanjutan perlu ditelisik lebih dalam untuk menjadi bagian vital dalam strategi dan operasi perusahaan. Banyak perusaahaan pun telah proaktif untuk mengembangkan masa depan yang lebih hijau Bersama dengan konsumen, mitra, pemangku kepentingan, dan pekerja mereka.
Adopsi teknologi untuk kelestarian lingkungan
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Mohit Sagar, CEO & Pemimpin Redaksi OpenGov Asia, Vivek Lath, Mitra di McKinsey & Company, Singapura, mengakui bahwa kemajuan teknologi sedikit banyak dipengaruhi oleh masalah perubahan iklim. Perubahan iklim dan krisis lingkungan terkait telah membantu orang menyadari betapa buruknya dampak kemajuan yang diciptakan tanpa diiringi dengan tanggung jawab terhadap planet ini. Sehingga, di era digital ini banyak orang memberikan solusi mutakhir untuk mengelola pemanasan global dan beralih dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan.
“Semua orang menjadi sadar akan perlunya tindakan untuk mengutamakan keberlanjutan,” kata Vivek. “Minat perusahaan terhadap isu keberlanjutan semakin besar dan melahirkan inisiatif untuk memenuhi kebutuhan mereka yang terdampak secara sosial, ekonomi, dan lingkungan.”
Banyak bisnis yang tengah mencari cara untuk berkontribusi secara signifikan untuk memperbaiki lingkungan. Hal ini tentu akan membutuhkan investasi dan kerja keras. “Kami melihat bisnis mempercepat momentum mereka dan mempertimbangkan inovasi terbaik untuk memperbaiki iklim. Contoh kasusnya adalah bagaimana perusahaan kendaraan listrik bisa menghemat banyak biaya untuk menciptakan teknologi ramah lingkungan.”
Vivek percaya strategi digitalisasi dan dekarbonisasi bisa membantu perusahaan untuk memitigasi dan menghadapi perubahan iklim yang ekstrem. Sebagai contoh, teknologi industri 4.0 akan membantu upaya untuk pengurangan emisi. Dengan memanfaatkan digitalisasi, bisnis dapat mengidentifikasi sumber emisi, baik di tingkat produk, tingkat unit manufaktur, maupun tingkat peralatan. Mereka kemudian dapat menentukan intervensi yang diperlukan untuk mengurangi emisi, seperti perubahan pengaturan manufaktur atau personel, dan kemudian memantau apakah intervensi yang diidentifikasi sedang diterapkan.
Langkah transisi energi
Dengan kata lain, teknologi digital dapat meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi konsumsi bahan bakar di berbagai industri dan sektor. Digitalisasi bisa membantu menganalisis dan menyarankan mengkalibrasi yang diperlukan. Sehingga, hal ini bisa mengubah cara orang memanfaatkan energi dan lebih bertanggung jawab terhadap keberlangsungan masa depan planet.
“Di sinilah saya yakin digitalisasi dan dekarbonisasi harus berjalan seiring, karena ini akan memastikan bahwa industri mengalami perubahan struktural dan mencapai tujuannya,” kata Vivek.
Vivek lantas menyarankan lima langkah untuk membantu bisnis untuk bersiap melakukan peralihan energi:
- Pemilik usaha mesti memahami bagaimana perubahan energi bisa memengaruhi maju-mundurnya perusahaan;
- Tetapkan target yang berani dan ambisius terkait penerapan bisnis berkelanjutan, misal menargetkan seberapa besar pengurangan jejak karbon yang ingin dicapai setelah melakukan transisi energi;
- Pertimbangkan juga situasi-situasi terkait dan pengaruhnya;
- Buat perencanaan yang menyeluruh yang akan menjadi pedoman strategi dan berikan target yang jelas dan bertahap;
- Berikan detil implementasi Langkah penerapan strategi atas perubahan energi yang akan dilakukan. Perlu juga dipertimbangkan keseimbangan antara pengurangan jejak karbon dengan profit yang dihasilkan.
Saat ini, masyarakat yang lebih memiliki kesadaran tentang kelestarian lingkungan terus mendorong perusahaan untuk mengurangi jejak karbon dan jumlah emisi yang dihasilkan. Dorongan ini telah menimbulkan perubahan besar dalam lanskap perusahaan dan pemerintah.
Sehingga, bisnis harus mengubah pola pikir mereka dari sekadar profitabilitas dengan mengorbankan lingkungan menjadi paradigma yang berkelanjutan dan menguntungkan. Harus ada saling ketergantungan dan penekanan yang lebih besar pada operasi dan inovasi ramah lingkungan.
Mengadopsi praktik berkelanjutan tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tetapi dapat meningkatkan produktivitas, menurunkan biaya, memuaskan para pemegang saham, dan sejumlah keuntungan lainnya.
“Ada banyak contoh di seluruh dunia bagaimana teknologi atau solusi yang digunakan oleh kaum muda atau komunitas yang lebih besar benar-benar membuat perbedaan yang berarti. Tapi memang dibutuhkan upaya yang signifikan untuk meningkatkan kesadaran dan membentuk forum di mana orang dapat mendiskusikan masalah mereka, berbagi ide, dan mendapatkan sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikannya,” Vivek menyimpulkan.
Menurut Vivek, perhitungan transformasi ekonomi sangat diperlukan Ketika perusahaan melakukan dekarbonisasi. Begitu pun halnya ketika mereka melihat peluang bisnis baru. Perusahaan harus benar-benar mempertimbangkan teknologi dan inovasi yang akan mereka pakai, menganalisa berbagai model bisnis yang cocok untuk mengambil peluang ini.
Hal ini disampailan berdasarkan pengalaman Vivek yang telah memimpin beberapa transformasi skala besar dan membangun bisnis baru di berbagai wilayah, salah satunya membangu konglomerat energi di Indonesia. Dari pengalaman ini, dia yakin bahwa diperlukan cara berpikir yang berbeda secara fundamental tentang masalah bisnis apa pun.
Salah satu hal yang perlu dipertimbangkan adalah apa yang akan menjadi proposisi nilai unik yang akan ditawarkan. Sehingga, perlu diperjelas tawaran unik dan bagaimana agar hal ini bisa dinilai penting oleh pelanggan. Sementara bagi petahana, memilih model bisnis yang berbeda juga penting.
Berdasarkan pengalaman, selain model bisnis, memiliki sumber daya manusia yang tepat juga menjadi penentu momentum kesuksesan bisnis. Baik organisasi swasta maupun publik menyadari bahwa perubahan perlu terjadi dengan cepat. Sumber daya semakin sulit didapat sementara permintaan meningkat, membutuhkan keseimbangan untuk membangun masa depan yang berkelanjutan. “Teknologi hijau akan membantu dunia mencapai tingkat yang berkelanjutan dan menjadikan lingkungan lebih bersih dan aman bagi semua orang.”
Untuk menerapkan teknologi berkelanjutan di suatu negara, akan nada berbagai pendekatan praktis dan efektif. “Saya percaya bahwa setiap negara akan menggunakan teknologi yang berbeda; campuran teknologi, tingkat adopsi, dan biaya penerapan semuanya akan sangat berbeda. Namun, setiap negara perlu mempertimbangkan teknologi berkelanjutan apa yang relevan bagi mereka, mempertimbangkan penerapannya, dan mempertimbangkan alasan melakukannya.”
Akan ada percepatan transisi energi jika individu-individu di negara ini mengubah perilaku mereka, pemerintah mempertimbangkan bagaimana peraturan yang memberdayakan harus dibuat, atau bagaimana bisnis memutuskan bagaimana mereka akan beroperasi.
Ide dan Solusi Urban Melalui LKYGBPC
Vivek berada di Panel Juri Internasional (IJP) dari Kompetisi Rencana Bisnis Global Lee Kuan Yew (LKYGBPC), tantangan start-up universitas global dua tahunan yang diadakan di Singapura.
Bagi Vivek, tugasnya sebagai juri adalah untuk menggerakkan, mengembangkan, dan menegakkan jiwa kewirausahaan para peserta LKYGBPC. Untuk itu, dalam melakukan penjurian, Vivek berfokus pada seberapa efektif inovasi solusi dan teknologi yang digunakan mampu memecahkan masalah. Tolak ukur lain yang digunakan adalah seberapa besar dampak dari teknologi yang diimplementasikan bisa mengubah dunia.
“Kedua parameter ini akan sangat berguna dalam mempertimbangkan bagaimana kita memilih, atau bagaimana saya akan memilih berbagai teknologi.”
Ia mengakui, bakat kewirausahaan yang inovatif dapat ditumbuhkembangkan lebih luas di masyarakat luas melalui kompetisi semacam itu. Ini berfungsi sebagai ilustrasi tentang bagaimana mereka mendorong inovasi dan kewirausahaan di seluruh masyarakat.
Persaingan juga merupakan salah satu contoh menanamkan budaya dimana generasi penerus memikirkan bagaimana sesuatu dapat dilakukan secara berbeda. Pesaing mengeksplorasi ide-ide kreatif dan memiliki forum tempat mereka dapat berbagi pemikiran, yang dapat menjadi contoh bagus untuk memelihara inovasi.
Kompetisi LKYGBPC yang diselenggarakan oleh Institute of Innovation and Entrepreneurship di Singapore Management University (SMU) ini berpusat pada ide dan solusi perkotaan yang dikembangkan oleh mahasiswa pendiri dan start-up tahap awal. Ini diposisikan sebagai gerakan inovasi kampus yang berupaya membangun ekosistem startup global dengan pendukung keuangan, termasuk pemodal ventura, oligopoli perusahaan, dan organisasi pemerintah.
“Saya percaya banyak dari sekolah terkemuka kami melakukan pekerjaan yang baik dalam menanamkan budaya di mana anak-anak berpikir tentang bagaimana hal-hal dapat dilakukan secara berbeda dan apa itu ide kreatif,” komentar Vivek.
Ada banyak contoh di seluruh dunia di mana teknologi atau solusi yang digunakan oleh kaum muda atau komunitas yang lebih besar benar-benar membuat perbedaan yang berarti. “Tapi memang dibutuhkan upaya yang signifikan untuk meningkatkan kesadaran dan membentuk forum di mana orang dapat mendiskusikan masalah mereka, berbagi ide, dan mendapatkan sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikannya,” tutup Vivek.